Sekali lagi kita dikejutkan dengan berita kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak di bawah umur. Musibah kali ini menimpa Abdul Qodir Jaelani alias Dul, yang tidak lain adalah putra seorang musisi beken, Ahmad Dhani.
Musibah sejatinya adalah puncak dari serangkaian kesalahan atau kecerobohan yang dilakukan sebelumnya. Pemicunya antara lain keterampilan mengemudi yang belum mumpuni, kondisi mengantuk, kelelahan, kecepatan tinggi dan lain-lain. Semuanya terkumpul dan terakumulasi hingga terjadi kecelakaan. Sangat jarang terjadi musibah karena satu kecelakaan tunggal.
Masih atau Sudah
Dul MASIH berusia 13 tahun. Inilah yang senantiasa ditulis di berbagai mass media. Usia yang sejatinya belum layak untuk memegang tanggung jawab sebagai pengemudi dan memang belum berhak untuk memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM). Kabarnya Ahmad Dhani telah menyediakan supir pribadi untuk ketiga anaknya termasuk untuk Dul. Namun ternyata kondisi tidak selalu dapat dikontrol.
Dul SUDAH berusia 13 tahun. Mungkin ini yang belum banyak dibahas. Usia yang sudah menempatkannya sebagai seoarang mukalaf, yaitu seorang yang sudah berhak mendapat beban syariah. Artinya dia telah layak untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya dan menanggung setiap dosa yang dilakukannya.
Di Dunia atau Di Akhirat
Setiap orang PASTI akan menanggung segala perbuatan yang pernah dilakukannya. Ketika kita berbuat kesalahan kita PASTI akan membayar akibatnya. Pertanyaannya adalah dimana kita akan membayarnya? Di dunia atau di akhirat?
Di masa Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam pernah terjadi seorang perempuan yang berzina dan ingin bertaubat. Dia kemudian meminta ditegakkan hukum rajam. Artinya dia memilih untuk menanggung hukumannya di dunia. Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam mengabarkan bahwa taubatnya diterima.
Sebaliknya, orang bisa mengelak dari hukuman di dunia. Apalagi jika dia memiliki harta dan kekuasaan. Namun kita tidak mungkin berkelit dari pengadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak mungkin pula memanipulasikannya. Kebenaran dan keadilan sejati pasti akan ditegakkan di sana.
Hukuman di dunia lebih ringan dan lebih singkat. Selain itu masih ada kerabat dan shahabat yang dapat mengurangi penderiataannya. Sebaliknya hukuman di akhirat lebih berat dan lebih lama serta tidak ada penolong kecualli yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Terbaik … Terbaik …
Sebagai orang tua tentu kita menginginkan yang terbaik bagi anak-anak. Termasuk kebaikan yang paling utama adalah selamat dari murka Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat kelak. Ketika kita melakukan manipulasi hukum di dunia hampir sama artinya dengan menjemput murka Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat.
Mungkin sudah saatnya kita membuka kembali Pelajaran dari Buah Apel.
Terbaik …
Terbaik …
Kupersembahkan untukmu yang terbaik …
.
Sumber Gambar: http://images.thecarconnection.com